a Piece of Sad Memory on Oktober 2012
Ibu, aku tetap kuat dan akan lebih hebat.
Ini bukan hal yang mudah bagiku. Tapi aku tetap bertahan.
Aku tak akan lari meski aku bisa berlari. Tapi tolong ibu, jangan berharap
padaku. Tanpa kau mengatakannya, aku sudah melihat dari sorot matamu. Betapa
beban ini berlipat ganda ketika kau menyalahkanku.
Tanpa kau salahkan, aku sudah merasa bersalah. Tapi apa yang
kujalani sekarang adalah bagian dari tangga kehidupanku. Aku tak akan berjalan
turun. Aku akan terus maju. Ketika aku lelah, biarkan aku melepasnya di
pundakmu. Aku butuh waktu. Semua orang butuh waktu.
Apa yang terjadi padaku sekarang bukanlah sesuatu hal yang
aku rencanakan. Aku bahkan tidak berani mengharapkan. Aku hanya menjalani apa yang kau perlihatkan
padaku. Kalaupun aku tak mampu, aku harap aku tetap bisa tinggal dalam peluk hangatmu.
(setiap aku membacanya, sudah sangat berulang kali, dan aku tetap menangis, mengingat saat-saat berat itu. Ibu, aku mencintaimu, aku selalu membutuhkanmu, aku adalah orang yang berdiri tegak karena kau tegakkan, yang berkata lantang karena kau percayakan. aku adalah anakmu, aku mencintaimu, selalu, sampai selamanya.)