Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Ekspresi Rindu

Hari ini, aku sedang rindu. Ku beranikan diri mendatangi rumahnya sambil membawa batang kayu. Ku ketuk-ketukkan ke pagar rumahnya agar pemiliknya mendengarnya. Kemudian munculah seorang bocah laki-laki berambut cepak sambil menuntun sepeda dari rumahnya. Dia memandangku kaget. “sedang apa kau di sini?”, Tanya bocah itu. Aku menunjukkan senyumku. “sedang merindukanmu”, kataku   tanpa berpikir. Bocah itu memandangiku keheranan. Dia selalu melihatku seperti anak kecil yang minta diberi mainan. Kemudian keluar dari halaman rumahnya dengan masih menuntun sepedanya. Sesaat dia seperti mengacuhkanku. Sampai beberapa langkah ia meninggalkanku, dia berhenti dan berbalik. Sambil berkata,”sampai kapan kau mau berdiri di situ?”. Aku terkejut, lalu membuang batang kayuku dan segera mengikutinya. Selama berjalan di belakangnya, aku terus diam. Segan untuk memulai pembicaraan. Ingin sekali aku berjalan di sampingnya, tapi aku takut mengganggu lajunya mengawal sepeda. Sampai s
Berhati-hatilah sayang.. Saat hujan turun, jangan sampai kau hilang kesadaran. Karena anganmu bisa dibawa oleh kilat-kilat yang berlompatan. Dan gemuruh guntur hanya bisa menjadi tanda, anganmu telah di curi entah ke mana. Sesaat dia di bawa ke masa lalu, lalu datang lagi ke masa kini. Sedetik kemudian dia di renggut; diperosokkan ke dalam mimpi. Dia akan dilempar ke sana kemari; ke masa-masa tidak terduga dalam memori mu, sampai guntur datang memulangkannya pada mu. Kemudian kilat merampas anganmu lagi. Sampai guntur merebutnya kembali. Semua baru akan selesai hanya jika hujan berhenti. Kau tak bisa merasakan apa-apa, kecuali hangat lalu dingin. Dan dari dingin menjadi hangat lagi. Bergantian. Hati-hati sayang.. Hujan.. membuatmu menggigil karena ingatan. posted from Bloggeroid

Pengagum Rahasia

Sampai kapan cerita jita akan berjalan seperti ini sayang? Kau diam, dan aku selalu mengoceh dalam lamunan. Aku bergumam seperti orang gila, ingin mengajakmu bicara. Tapi jawabanmu selalu sepi. Tatapan matamu selalu begitu. Seperti tak bisa melihatku. Berkompromilah dengan keberadaanku sayang.. Yang selalu mengagumi hadirmu. Menginginkannya. Sapamu. Senyummu. Hatimu. Dari sudut yang di sini. Yang tertutup tirai bambu sampai mata kaki. Di balik ketidak pedulianku ini. posted from Bloggeroid