Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Katakan 'saja' (2)

'Dan katakan saja akulah yang membiarkan dia, bermain-main di hatiku.' Ada bekas roda ban di dekat jendela, kalu boleh memutar-mutarkannya, berlarian mengeliling kebun itu. Ada bunga-bunga bougenvile yg memekar di ketiak-ketiak dahan kayu, kau boleh memetiknya dan menyebarkannya ke seluruh isi ruangan itu. Ada buku-buku di rak dekat pintu, kau boleh memberantakannya semaumu. Ada cerita-cerita di dalamnya, kau boleh mengajarkan rumput-rumput itu membaca. Ada sepeda yang mengonggok di pojok belakang, kau boleh belajar mengendarainya sesukamu. Ada selimut yang terlipat rapi di dalam kuali, kau boleh memotong-motongnya hingga menjadi bentuk yang kau suka. Aku akan memperhatikanmu saja. Membiarkan kau tak tahu. Membiarkan aku sendiri menunggu. Hingga kau mengeluarkan suara. Jika kau ragu, tanyakan saja. Mungkin aku tahu jawabannya. "Katakan apapun, dan tambahkan 'saja' supaya kita belajar terbiasa" posted from Bloggeroid

Katakan 'saja'

Gadis kecil berparas bulat, dengan gaun merah muda munjuntai sampai lututnya, ia bermain-main di dalam imajinasi. Tak pernah ku dengar ada suara keluar darinya. Sesekali kulihat ia tersenyum, membuka mulutnya, berjingkrak-jingkrak, menari-nari, melompat-lompat. Hanya suara gaduh dari tangan dan kakinya yang beradu dengan benda yang kudengar. Sesekali kulihat ia cemberut, mengerutkan dahi, atau meneteskan air mata, atau berguling-guling di tanah, tapi tak juga pernah sekalipun aku mendengarnya. Sampai suatu ketika, ia berlari ke arahku, berkata, "Hai?", sambil melihat kearahku, lalu berlari lagi meninggalkanku. Untuk kesekian kalinya kututup buku di hadapanku, dan mengintipnya dari sela pintu. "Siapa dia?", tanyaku. Kulihat dia bermain sendiri lagi dan tak menghiraukanku. 'Apa baru saja kau menyapaku?', pikirku. Kemudian aku sadar, bisa jadi tidak, karena pintu ini tak pernah terbuka. Atau hanya imajinasiku saja yang berharap ingin di sapa? Hai

The Ironic of Metaphor

Sapalah aku. Sayang.. Gadis kecil dengan rambut hitam sebahu. Berlari-lari kecil dipikiranku. Naik ke ayunan, memanjat besi panjang, menuruni perosotan, dengan wajah diam. Dia mencoba segala macam permainan. Tali, bola, batu, tongkat, dan kaleng. Tapi dia tak tertawa. Tak ada suara. Aku hanya menungguinya. Sambil mengayun-ayunkan kakiku, mengusir kebosananku. Aku akui, kami berdua sedang sama-sama bosan. Tapi untuk ikut dalam permainannya, aku sangat enggan. Gadis kecil itu, biarlah dia bermain-main dengan dirinya sendiri. Pikirku. Aku akan menunggui dia sampai dia menjadi dewasa, kemudian berbincang dengannya. Ku biarkan permainan-permainan itu rusak, berkarat, dan menghilang. Satu-persatu. Sampai dia sadar ada aku yang duduk di atas pagar dekat pintu. Tak akan ku sapa dulu, kecuali dia melihat ke arahku, dan mendekat untuk mencari tahu. Sapa aku, sayang.. Jika sudah sampai waktumu. posted from Bloggeroid

Alang dan Akasia

Sudah sangat lama aku memikirkannya. Memanglah aku tak pernah beranjak dari sudut ini. Sejak awal. Sejak kau bertemu denganku. Sejak kau mulai duduk di sampingku. Sampai kau mulai bosan. Kemudian kau pergi. Lalu yang lain datang, kemudian duduk. Menunggu sepertimu, sampai bosan. Dan akhirnya pergi. Di hari setelahnya akan datang orang lain lagi, yang sepertimu dan seperti yang satunya. Sama persis. Siklus yang mudah kau kenali. Tapi aku menulis ini hanya untuk menjelaskan. Agar kau tak salah paham. Bahwa kau mungkin melihatku berubah, tapi sebagian hatimu mengatakan aku tidak sedikitpun. Ya. Kau benar. Aku mungkin memang berubah, tapi aku tak pernah beranjak dari tempatku menancapkan diri. Seperti sebuah pohon yang menancapkan akarnya dalam-dalam ke tanah. Dan merekatkannya. Sebagai tempatmu bersinggah sementara sebelum kau melanjutkan langkahmu untuk tak kembali. Ya. Aku hanya bagian kecil dari perjalanan hidupmu yang ramai dan berliku itu. Aku hanya mengakui aku sedikit tahu te