The Ironic of Metaphor

Sapalah aku. Sayang..

Gadis kecil dengan rambut hitam sebahu.
Berlari-lari kecil dipikiranku. Naik ke ayunan, memanjat besi panjang, menuruni perosotan, dengan wajah diam.

Dia mencoba segala macam permainan. Tali, bola, batu, tongkat, dan kaleng. Tapi dia tak tertawa. Tak ada suara.

Aku hanya menungguinya. Sambil mengayun-ayunkan kakiku, mengusir kebosananku.

Aku akui, kami berdua sedang sama-sama bosan. Tapi untuk ikut dalam permainannya, aku sangat enggan.

Gadis kecil itu, biarlah dia bermain-main dengan dirinya sendiri. Pikirku.

Aku akan menunggui dia sampai dia menjadi dewasa, kemudian berbincang dengannya. Ku biarkan permainan-permainan itu rusak, berkarat, dan menghilang. Satu-persatu. Sampai dia sadar ada aku yang duduk di atas pagar dekat pintu.

Tak akan ku sapa dulu, kecuali dia melihat ke arahku, dan mendekat untuk mencari tahu.

Sapa aku, sayang..
Jika sudah sampai waktumu.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia