Alang dan Akasia

Sudah sangat lama aku memikirkannya. Memanglah aku tak pernah beranjak dari sudut ini. Sejak awal. Sejak kau bertemu denganku. Sejak kau mulai duduk di sampingku. Sampai kau mulai bosan. Kemudian kau pergi. Lalu yang lain datang, kemudian duduk. Menunggu sepertimu, sampai bosan. Dan akhirnya pergi. Di hari setelahnya akan datang orang lain lagi, yang sepertimu dan seperti yang satunya. Sama persis. Siklus yang mudah kau kenali.

Tapi aku menulis ini hanya untuk menjelaskan. Agar kau tak salah paham. Bahwa kau mungkin melihatku berubah, tapi sebagian hatimu mengatakan aku tidak sedikitpun. Ya. Kau benar. Aku mungkin memang berubah, tapi aku tak pernah beranjak dari tempatku menancapkan diri.

Seperti sebuah pohon yang menancapkan akarnya dalam-dalam ke tanah. Dan merekatkannya. Sebagai tempatmu bersinggah sementara sebelum kau melanjutkan langkahmu untuk tak kembali.

Ya. Aku hanya bagian kecil dari perjalanan hidupmu yang ramai dan berliku itu. Aku hanya mengakui aku sedikit tahu tentang dirimu, dan menyisakan sedikit ingatan sebagai perekam jejak perjalananmu kala itu. Agar ketika mereka bertanya apakah kau pernah ada? Lalu dengan mantap aku menjawab YA.

Karena yang aku lihat pada dirimu adalah kebesaran yang tak ragu dimiliki oleh orang-orang besar.

Aku yakin engkau tak menyesalinya. Tapi aku menyesal jika kau mengasihaniku karena tak mampu berjalan.

Aku tahu sejak awal kau meyakini aku sebagai perdu meski orang-orang memanggilku ilalang. Tapi sejak saat itu, ketahuilah aku mungkin tanpa sadar menumbuhkan batangku serupa akasia. Aku tumbuh dan terus tumbuh. Lalu semenjak kau pergi, aku seperti lupa bahwa aku pernah menjadi ilalang yang menemanimu melepas lelah.

Kini saat kau jauh, dan terus menjauh. Entah kau kini telah sampai ke rumah mu atau kau masih sedang berjalan. Ingatlah bahwa si perdu ini tak pernah beranjak dari tempat bijinya terjatuh. Dia meninggikan batangnya, dan terus tumbuh menjadi apa yang dia mimpikan sejak sebelum kau datang.

Berbahagialah dengan kehidupanmu, karena si akasia ini, selalu berharap kau sampai dengan selamat, dan bahagia. Anggaplah dia sedang melakukan perjalanan panjangnya menuju angkasa. Seperti kau yang dengan kakimu, menuju rumah bahagia.

Mari kita berbagi doa, untuk kebahagiaan masing-masing dari kita.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia