Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012
kau adalah puisiku datang dan pergi terserah aku dalam bayang-bayangku, aku selalu melihat kamu meski sekarang menjauh, kau tetap jadi puisiku. puisi hebat. tanpa nama. buta. dan indah. kau adalah puisi, meski tak kulihat lagi, tapi baumu masih kukenal membuatku ingin menulis lagi; puisi. kamu tetap hebat meski dengan atau tanpa aku. kamu tetap kuat dengan menjauh dariku. kamu tetap menjadi puisi sebagaimana aku. merdeka dan sepi, riuh menjadi satu dalam alun ambisi

berubah

berubah apa? berubah seperti apa? bukan aku yang mengubahnya. tanyakan pada waktu. ia berbunyi tak tik tok dan mengorosi penglihatanmu. ia berjalan diluar kendalimu, mengelabuimu dan menganggapkan aku masih seperti yang dulu. ya, aku ingin seperti dahulu. tapi aku manusia, dan aku menjalani hidupku. seperti gunung yang digerus hujan, seperti karang yang dipukul ombak. seperti batu yang bergesekan dengan batu lainnya. tidak ada yang terlihat sama. tapi ini bukan salahku, bukan keinginanku. sekali aku menapak disini, bukan salahku menjadi begini
aku adalah rapuh yang tersungkur dan jatuh. bukan gunung yang menjulang tinggi, atau yang angkuh berdiri sendiri.

Tulus dan Sungguh

kenyamanan yang semu. bukannya aku curiga, tapi begitulah rasanya. hidup itu bukan hannya sekedar memakan dan dimakan, memberi dan menerima, atau mencintai dan mengutuki. sejak pertama kali aku menerima bantuanmu, aku sudah tidak merasa nyaman. kenapa? karena kau bilang suatu saat kau akan membutuhkan ku. (apa maksudmu?) aku membenci orang yang berharap dapat meminta dan menerima. sekalipun kau sudah memberi, tidak sepantasnya kamu memesan permintaan. apa lagi terhadapku. harusnya kau bertanya. karena aku tak pernah mengharapkan bantuanmu sebelumnya. aku juga tidak berencana meminta. kalau pun kau datang dan menolongku, tanpa perlu kau ingatkan, aku sudah mencatatnya dalam buku hutang hidupku. jadi kau tak perlu repot-repot. aku akan membalasnya dengan jumlah dan cara yang jauh lebih pantas. karena aku tahu bagaimana berterimakasih kepadamu dengan caramu. meminta tolonglah padaku semaumu, terserah padamu, tapi jangan memanfaatkanku. kalau kau melakukan itu, aku bisa merasa benar-

Suatu Hari di November Terakhir

Duduk di sisi pagi, ditemani secangkir kopi low acid , membuatku ingin berpikir. Di iringi Blink182 cukup untuk membangkitkan pemberontak yang tertimang lama. Lama sekali hingga ku pikir sudah mati. Sinar pagi ini cukup untuk menyilaukan apa yang di depanku. meski sinar itulah yang terus memaksaku untuk menerobos jauh ke benda-benda yang ada di depanku. aku enggan tapi aku harus. Karena aku tak bisa terus pura-pura buta pada hidupku. Matahari terus meninggi, tapi aku harus tetap berlari. Kehidupan ini terus berjalan meski dengan atau tanpa aku. Tak ada alasan bagiku untuk menahan diri pada apa yang aku ingini. Dunia ini bukan sekedar imaji yang akan menjadi nyata. tapi perlawanan terhadap nasib buruk dan ketidak beruntungan. Meski mendung datang, bukan alasan untuk aku berhenti. Karena matahari terus melanjutkan langkahnya mengitari bumi. Aku harus tetap bergerak dan berpikir. ada langkah yang harus diputuskan. entah mengikuti jalan itu atau balik arah, sepertinya aku tet

Adalah Kita

ada kesunyian yang ku tangkap dari matamu. dingin, menusuk, ingin membunuh. lalu aku berdiam, memejamkan mata dan pura-pura tidur. berlaku seolah kau tak tahu aku pura-pura tidur. apa pun yang aku pikirkan, berlakulah seolah kau berteman denganku. aku bertahan karena aku merasa dibutuhkan, kita tak pernah terikat satu sama lain, kita hanya berkomitmen untuk bersama, sejauh apa pun jarak kita, aku tak akan lari  darimu, jadi jangan khianati aku. aku tak pernah menyentuh kulitmu, menatapmu saja aku tak mau. bukan karena aku enggan, tapi aku pura-pura segan. untuk mengingatkan bahwa kau lebih hebat dari ku. kau lebih pintar dari ku. kau juga lebih cepat dari ku. bisakah kau tanggalkan gigimu dan mengembangkan sedikit bibirmu yang kaku itu? agar aku bisa memperlihatkan refleksi kenyamanan yang tersirat di wajah yang sayu. tak peduli sesayu apa wajah kita, mari kita berusaha menyamankan diri kita masing-masing, sejauh kau melangkahi jejakku, sejauh itu pula aku menghapu