Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Batas

"Hey kawan, lama tak menyapa". Ku dengar suara khas miliknya. Aku terpana. Kau? Bagaimana kau bisa mengenaliku lagi? Tanyaku dalam lamunku. Kulihat dia dari balik figura. Senyumnya yang lembut menghampiriku. Badannya semakin menebal. Pikirku. Apa kau sudah mendapatkan yang kau mau? Tanpa mengatakan apapun, aku hanya membalas senyumnya. Lalu dia membuka mulutnya, lalu tertawa kecil. "Aku merindukanmu, temanku", katanya. "Ehemm...", ku balas dengan senyumku lagi. Aku rasa aku mendengar sesuatu dari matanya. "Bagaimana kabarmu? Aku harap kau selalu bahagia". Dia masih tenang seperti yang dulu. Dengan senyum selebar itu. Dengan tatapan yang seperti itu. Kau, pasti sedang ingin mengingat masa lalu. "Apa kau selama ini duduk sendiri seperti ini? Bersandar dinding, di samping figura. Apa kau tak pernah beranjak dari tempatmu berada?", katanya heran. Lalu aku menyernyitkan dahiku. Aku heran. Apa dia benar2 pernah melupakan aku?

Dan

Duhai dan. Yang mewakili dan menemani kata. Yang menjelaskan tanpa mengingkarinya. Yang belajar percaya dan melengkapi yang sisa. Saat bersama, seolah titik tak menemui bentuknya. Membuat kita seolah satu rangkai yang membentuk takdir tanpa abstraksi. Tetapi dan. Kehidupan seolah berputar lalu berbalik kemudian menampik. Kepada dirimu, kepadaku, kepada apa yang kita lihat, juga kepada apa yang selama ini kita percaya. Saat mereka berbalik arah, akan kau temui bahwa pengingkaran itu adalah tawaran untuk persetujuan yang lain. Meskipun dan. Adalah sebagai bentuk kompromi bagi kita untuk berhenti. Aku yakin, di ruang-ruang jeda antara keduanya memperlihatkan kita tentang solusi. Ini lah yang terbaik bagimu. Bagiku. Dan. Tanpa awalan yang membuat kita ragu pada masa depan, apa kita tetap akan berjalan bersama bergandengan? Atau tetap saling memberi jeda agar masing-masing dari kita bisa dibaca? Dan pada akhirnya. Semua yang terjadi pada kita, terserah kepada kita. Konkl