Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Seperti Inilah Aku

Setiap manusia memiliki batas samar dalam penglihatan mereka. Seperti setiap kali kau jatuh lalu berdarah, Kau bisa saja mengerang sakitnya seperti mau mati. Atau orang lain akan mengatakan,"aku berdarah dan ini sakit." Atau di lain waktu kau akan bertemu seseorang yang terjatuh dan berkata,"aku berdarah, apa aku harus mengaduh sakit?" Itulah batas yang samar. Batas yang tak pernah terlihat benar. Membuat aku selalu ingin mengatakan, setiap kali terjatuh dan berdarah,"terserah kalian mengira itu sakit sampai ingin mati atau hanya terluka saja." Aku hanya jatuh dan berdarah. Jangan paksa aku bicara. Semuanya masih akan terserah padaku. Apakah aku akan mengobatinya atau membiarkan lukanya menganga. Setelahnya selalu terserah padaku. Jangan membicarakan rasa sakit denganku. Karena aku tak pernah benar mengenali rasa sakit itu. Aku tak bisa melihat batas-batas yang samar. posted from Bloggeroid

Lihatlah..

Gambar
Sebuah kota antah berantah. Diam-diam melambaikan tangannya padaku. Pura-pura aku tak terbujuk. Tapi aku mau. Aku ingin dirayu. Sebuah kota nun jauh di sana. Bersolek ditengah sendu malam. Ingin ditemani. Ia ingin berbagi. Sebuah kota di seberang samudra. Aku ingin kesana. Berbagi sepi. Berbagi rindu. Menyulam kalbu untuk hidup dalam waktu dan jarak yang semu. Sebuah kota dalam lamunku. Ingin ku ajarkan padanya bagaimana rindu bisa menjadi penawar sendu. Ingin ku ceritakan padanya bagaimana aku bisa berteman hidup dengan sang rindu. Sebuah kota tempat kita duduk bersama. Tempat kita berbagi cerita dan melanjutkan kata demi kata. Dia bilang dia bisa menjadi kota kita. Ya.. si kota itu, kota yang telah diam-diam membawa hati kita, lalu menyembunyikannya. posted from Bloggeroid