Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Kilas Balik

"Kenapa kau jadi seperti ini?" Suara yang tak asing itu mengapurkan lamunku. "Apa?",tanyaku. "Kau. Jadi seperti ini. Membuat kesalahan dan membiarkannya. Lalu membuatnya lagi dan membiarkannya lagi. Semua menjadi sangat salah!", katanya marah. Aku hanya menunduk takut. Sungguh aku memang tidak tahu harus menjawab apa. Aku tahu aku salah dan masih tak melakukan apa-apa. Aku merasa seperti orang bodoh dan dungu. "Apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan tetap diam?", tanya laki-laki itu lagi. Aku masih juga hanya diam. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Sepenuhnya aku merasa bersalah dan tak berhak sedikitpun membela diri. Karena ya.. memang akulah yang membiarkan semuanya terjadi. Setiap kali seperti ini, aku hanya bisa menangis. Menutup mata. Mengurung diri untuk menghukum diri sendiri. Semua adalah salahku! Sekuat tenaga aku menahan air yg sudah mengumpul di pelupuk mata. Aku menahannya agar tak seorang pun meliha

Dua Cermin

Kau tahu, kita seperti sebuah cermin yang dibelah sama besar. Berdiri sama tinggi. Berhadapan lurus. Membentuk sudut yang sama. Saat kita kosong. Kita tak merefleksikan apapun kecuali bayangan kosong. Bayangan yang dalam dan semakin menjauh. Sesungguhnya sejak dulu kita tak pernah bergerak dari tempat kita berada. Kita hanya sesekali mendongak ke atas. Menunduk ke bawah. Menengok ke samping. Atau sekedar saling merefleksikan benda-benda di hadapan kita. Tak pernah membuat bosan untuk orang-orang yang membosankan seperti kita. Hanya saja, saat tak ada apapun di hadapan kita, kita hanyalah seperti ruang kosong tak berbatas. Kita tak bisa melihat apa pun tentang diri kita, kecuali lorong panjang yang menakutkan. Tapi saat segala sesuatu datang di hadapan kita, kita serasa berbagi sisi. Kita mampu melihat semua dalam wujud utuh tiga dimensi. Membuat kita selalu membanggakan diri. Bahwa hanya kita yang mampu begini. Karena hanya kita berdua yang bisa melakukannya. Karena aku dan e