Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Hati Wanita

"sekali engkau memahat kehadirannya di hatimu, ia akan terus ada. secara permanen, teraba setiap engkau menyentuh hatimu. begitulah hati wanita", kata seorang teman, dan beberapa orang yang lain. untuk seorang wanita yang berkepala batu, bukan masalah baginya siapapun yang secara tidak sengaja ia pahat. bukan hal yang sulit baginya untuk pura-pura tidak peduli dengan nama. hanya kadang perasaan bersalah karena permintaan maaf yang disampaikan padanya, yang tidak pernah terdengar seperti permintaan maaf yang seharusnya. 'maaf jika kamu terganggu','maaf jika kamu tidak suka', 'maaf jika aku membuatmu tidak nyaman', 'maaf jika kau tidak mau'. kenapa mereka selalu meminta maaf untuk sesuatu yang bahkan bukan kesalahan mereka? pikiran ini terus mengganggu manakala mereka memaksa meminta maaf saat aku menolaknya. 'apa yang harus dimaafkan? bukankah tak ada hal salah yang sudah kalian lakukan? tak ada kesalahan dalam hal ini, kecuali aku s

Dia adalah Kkoch

Saat ini, lihatlah, seseorang sedang berdiri di tepi tebing. Curam. Dengan ombak yang menghempas, menggelayut, melubangi batu karang. Saat ini, ia hanya berdiam. Memandang kekosongan. Bukan matahari terbenam. Bukan senja yang menyingkiri cakrawala. Pada gambaran kesempurnaan alam itu, dia tak menunjukkan refleksi kekaguman. Dia datar. Memandang  tanpa batas. Kosong. Aku hanya berdiri di belakangnya. menunggu dan mengamati. Sembari menikmati kolaborasi bumi dan matahari. Aku bertanya-tanya. Apa yang ada di dalam pikirannya? Dia melewatkan keindahan senja yang hanya sesaat itu dengan kekosongan. Lihatlah, Ia terlalu asik dengan kekosongannya sehingga ia tak tahu bagaimana cara mengisi kekosongan. Tapi aku tetap memilih diam. Meski ia telah membagi pandanganku menjadi dua. aku tetap enggan bertanya. Kemudian, sesaat setelah matahari menenggelamkan diri di laut barat, ia melihat ke arahku. Samar ku lihat wajahnya yang tertutup bayang. Tapi ada gurat senyum yang