Dua Cermin

Kau tahu, kita seperti sebuah cermin yang dibelah sama besar. Berdiri sama tinggi. Berhadapan lurus. Membentuk sudut yang sama.

Saat kita kosong. Kita tak merefleksikan apapun kecuali bayangan kosong. Bayangan yang dalam dan semakin menjauh.

Sesungguhnya sejak dulu kita tak pernah bergerak dari tempat kita berada. Kita hanya sesekali mendongak ke atas. Menunduk ke bawah. Menengok ke samping. Atau sekedar saling merefleksikan benda-benda di hadapan kita.

Tak pernah membuat bosan untuk orang-orang yang membosankan seperti kita. Hanya saja, saat tak ada apapun di hadapan kita, kita hanyalah seperti ruang kosong tak berbatas. Kita tak bisa melihat apa pun tentang diri kita, kecuali lorong panjang yang menakutkan.

Tapi saat segala sesuatu datang di hadapan kita, kita serasa berbagi sisi. Kita mampu melihat semua dalam wujud utuh tiga dimensi. Membuat kita selalu membanggakan diri. Bahwa hanya kita yang mampu begini.

Karena hanya kita berdua yang bisa melakukannya. Karena aku dan engkau. Yang berdiri sama tinggi. Berhadapan lurus. Membentuk sudut yang sama.

Maka, haruskah kita selalu memenuhi meja kita dengan benda-benda?
Entahlah.. aku pikir, kita terbiasa diam. Sangat mungkin kita lupa bagaimana menggerakkan tangan dan kaki kita.

Haruskah kita melakukan sesuatu untuk diri kita?
Entahlah.. saat ini, aku pikir, kita belum merasa penting melakukannya.

Dan biarlah.. dengan 'entah' dan 'kapan', kita berdua menunggui sang waktu untuk membisikan sesuatu pada kita.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia