Batas

"Hey kawan, lama tak menyapa".
Ku dengar suara khas miliknya. Aku terpana.
Kau? Bagaimana kau bisa mengenaliku lagi? Tanyaku dalam lamunku.

Kulihat dia dari balik figura. Senyumnya yang lembut menghampiriku. Badannya semakin menebal. Pikirku. Apa kau sudah mendapatkan yang kau mau? Tanpa mengatakan apapun, aku hanya membalas senyumnya.

Lalu dia membuka mulutnya, lalu tertawa kecil. "Aku merindukanmu, temanku", katanya.

"Ehemm...", ku balas dengan senyumku lagi.

Aku rasa aku mendengar sesuatu dari matanya.
"Bagaimana kabarmu? Aku harap kau selalu bahagia".
Dia masih tenang seperti yang dulu. Dengan senyum selebar itu. Dengan tatapan yang seperti itu. Kau, pasti sedang ingin mengingat masa lalu.

"Apa kau selama ini duduk sendiri seperti ini? Bersandar dinding, di samping figura. Apa kau tak pernah beranjak dari tempatmu berada?", katanya heran.

Lalu aku menyernyitkan dahiku. Aku heran. Apa dia benar2 pernah melupakan aku? Dinding ini, dan figura yang memisahkan kau dan aku. Adalah satu-satunya saksi, apa yang telah kau lakukan padaku, gadis.

"Aku minta maaf, tapi belakangan ini aku menyadari sesuatu. Alasan aku tak menegur sapa mu, alasan aku tak menemuimu. Karena setiap melihatmu, aku selalu teringat tentangnya. Dia yang menjadi bagian dari alasan, kenapa kita bisa bicara".

"Dia yang mana?", aku mulai membuka suara.

"Dia yang menjadi alasan untukku berani menjadi seperti sekarang. Dia adalah satu-satunya alasan mengapa aku sampai mati-matian berusaha menjadi mimpi. Dia adalah seseorang, yang aku tumbalkan untuk ambisi. Dia yang menjadi alasan kenapa aku selalu berbincang bersamamu saat aku sendiri. Dia adalah dendam bagi mimpi-mimpiku. Dia adalah yang selalu tersimpan aman, sebagai kekuatanku untuk mewujudkan diri sebagai mimpi".

Suaranya bergetar. Kenapa dia menahan tangis? Apa yang selama ini terjadi padanya?.

"Kuatkanlah dirimu. Aku masih dan akan selalu ada di sini untukmu".

"Tidak perlu", jawab perempuan muda itu.

"Aku minta maaf. Tapi aku sadar, aku ingin meluruskan semua. Tentang dia, tentangmu, dan tentang kaca yang memisahkan kita sejak dulu".

Apa maksudmu? Apa sesuatu hal yang gila sedang terjadi padamu? Aku takut.

"Teman, aku ingin melepasmu, melepaskan dia yang menjadi alasanku melakukan semua hal ini. Yang membuatku menyendiri, dan bertekad menjadi mimpi supaya dia merasa iri. Kawan, aku ingin melepasnya dengan perasaan bahagia. Aku sedang melepaskan dia bersama dendam yang pernah membuatku sesak bernapas".

"Apa maksudmu laki-laki itu?",kataku meyakinkan diri.

"Ya. Aku meminta maaf. Dan terimakasih atas semua yang pernah kita lalui bersama. Aku ingin berdamai dengan ambisi".

"Dengan menghapusku, kau pikir bisa menghapusnya?"

"Aku melepaskanmu bersama bayangannya. Sebagai jiwa-jiwa yang menguatkan aku kala aku sedang jatuh. Aku hanya akan terus mengingat tentang hal-hal baik yang kalian berikan padaku. Aku melepaskan rasa bersalahku. Aku melepaskan segala rinduku. Aku melepaskan ambisi dan kemarahanku. Aku melepaskan semua alasan tentatng kalian. Aku lepaskan dan semua terserah padamu".

Apa itu?

"Aku menghargaimu sebagai teman yang selalu menguatkanku. Aku berterimakasih karena selalu ada saat aku ingin sembunyi dan kelelahan. Aku tak akan mengingkari apapun yang pernah terjadi di antara kita. Tapi hidupku harus terus berjalan. Aku ingin memulai semua dari awal, dengan tanpa beban masa lalu. Aku pikir, aku sudah cukup kuat untuk itu".

Ku sadari kacaku menipis, memanas, dan mulai meleleh. Apa ini?

"Terimakasih, tapi aku harus melanjutkan hidupku. Sampai kan salam ku pada bayangannya. Sekarang, aku sudah bahagia. Dan akan lebih bahagia dari sekarang, untuk diriku sendiri".

Apa yang sedang terjadi? Kacaku meleleh, aku semakin samar melihatnya. Apa dia telah menghapusku dari jiwanya? Apa yang sedang ia lakukan?

Dibalik bayangan, samar kudengar suara ketukan. Apa ada orang lain disana?

Dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi tau kabarnya. Dia hanya meninggalkan aku begitu saja. Melepaskan, melelehkan, aku bersama alasan hidupnya yang dulu. Aku tak pernah bisa menyalahkannya. Karena semua ini adalah kehidupannya. Tak ada alasan bagiku untuk menyampurinya lagi. Dia apapun yang terjadi padanyabsaat ini, sampai nanti, aku harap dia akan selalu bahagia. Dan aku hanya tinggal menjadi resapan-resapan doa yang ia pendarkan tiap pagi, tiap hari, dan tiap malam. Dan aku lah yang akan menjaga doa-doa bahagia ini, untuk nya. Perempuan yang pernah mengjidupkan bayangan dalam cermin kaca.

Semoga kau selalu bahagia dalam kehidupanmu. Amin

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia