Bianglala dan Para Kepala



Kami hanyalah pemimpi.
Kami berdiri sedang berpura-pura.
Kami berjalan sembari tertatih belajar berlari.
Kami membaca sambil belajar untuk mengeja.
Kami diam dan terus berusaha.
Kami terus berpura-pura.
Supaya kami terlihat tangguh saat kami masih dalam usaha.
Supaya kami terlihat kuat saat kami sedang berlatih menjadi hebat.
Selayaknya kalian, dengan sayap-sayap panjang yang bebas mengepak terbang.
Selayaknya kalian, dengan tubuh-tubuh gagah perkasa yang selalu membuat kami ciut dibuatnya.

Meski kami lemah dan masih lemah. Tak akan kami biarkan kau buka semaunya bungkus topeng kami yang seadanya ini.
Meski hanya berbekal harga diri dan busungan dada, kami tetap bersama kalian menghadapi segala situasi yang ada.

Simpanlah picingan mata sempitmu itu. Bungkam erat-erat mulut kotormu itu. Jauhkanlah pikiranmu dari kerancuan dan curiga.
Karena cukuplah kami terima, bahwa kalian menganggap kami bukan apa-apa.
Meski sebagian hati kami terobek hilang, dan berdarah-darah setiap mengingatnya, kami bilang kami selalu menerima.

Dan diam-diam kami berlatih menguatkan diri, menjadi perkasa.
Mungkin nanti kami bisa menjadi lebih kuat dari kalian. Meski dalam batin kami selalu berteriak bahwa cepat atau lebih cepat lagi kami akan dan harus mampu.

Jadi kami selalu mengakui semua itu. Bahwa kami adalah pemimpi hidup yang menyelimuti diri dalam topeng-topeng kelemahan.

Suatu hari nanti, ketika kami sudah siap. Ketika kami yakin kami menjadi kuat, kami akan melepaskannya. Untuk membuktikan diri kami adalah manusia yang paling tidak, bisa menjadi sama hebatnya dengan kalian dan ambisi kalian.

Cukup itu, dan terimakasih.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia