Cinderella dan Serigala Berbulu Domba

Aku jadi bisu, semenjak menghilangkanmu dari hidupku. Bak ilalang yang menyingkiri kambing keling. Enggan di injak, tapi kelaparan. Aku belum menyalahkanmu, tapi kau sudah mengatakan salah. Aku bahkan belum mengeluarkan suara untuk segala kekeras kepalaanmu, tapi kau membungkamku. menonaktifkan telepon genggammu, hanya pesan panjang yang kau kirim. tapi tak menjawab satu pun pertanyaan di benakku.

Saat itu, kau hanya menyalahkan dirimu, membuat kami benar-benar terlihat seperti ibu tiri yang mengebiri Cinderella. Kau bersama keras kepalamu itu, membatu, dan menghujani kami dengan pertanyaan penuh emosi. Apa maumu? Katakan! Apa yang membuatmu begini? Katakan! Jangan hanya pura-pura diam dan menangis. Meletakkan dirimu dalam ruang sidang kebisuan. pikiran mu rancu. Kau selalu tidak bisa membedakan mana yang nyata, mana yang khayal.

Aku selalu ingin marah padamu, tapi kau tak pernah memberiku ruang. Kau selalu ketakutan lebih dulu. Kau ini, Menyebalkan! dan selalu pintar menyelamatkan diri. Aku Marah. Benar-benar marah. Tak bisakah kau menangkap kemarahanku?

Atau paling tidak kau menangkap gurat kecewa yang aku lukiskan dengan kanvas setebal aspal ini. Aku, sangat-sangat kecewa pada diriku sendiri. aku hanya membungkam diriku dengan kebisuan yang menjengkelkan ini.

Bisa kah kau berhenti mengeraskan kepalamu? dan mendengarkan penjelasan kami satu-persatu? Ah, AKU SEBAH!!

Aku sadar kita sama-sama keras kepala. tapi, sungguh sial, kepala mu lebih menyusahkan.

Ingin sekali aku tanyakan padamu,
Apa kau pernah memikirkan ku?
Apa kau pernah sedetik saja mempertimbangkan kata-kata ku?
Lalu siapa dia, siapa aku?
Selama ini, aku ini apa? mesin operator??
oh, kau mengiyakannya.
oh,, akhirnya aku yang benar-benar terlihat mengenaskan.
Hal ini tidak membuatku merasa bangga menjadi tokoh protagonis, tidak seperti dirimu yang selalu mengacungkan pada dunia bahwa kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuk dunia fana.
Aku tidak suka caramu berkata pada dunia bahwa kau baik-baik saja, tetapi menebar tangis ke siapa pun  yang menyapa. Kau tak pernah menempatkan orang-orang seperti kami di posisi aman untuk bersanding menemani.

Sahabat? Sahabat apa? Mulut busuk. Kau menjadikan kami serigala berbulu domba yang menyantap kambing keling bersama.


Mulutku sudah busuk. Hanya aku serigala yang berbulu domba, bukan mereka! wanita sial! Aku, ingin keluar dari hidupmu! kau sudah berulang kali membohongi kami, mengadu domba kami, membuat kami terlihat menyedihkan. kau sudah membuat kumarah.

Aku benci! meski berulangkali aku pergi, kau selalu menemukanku. Aku benci! meski berulangkali kau membohongi, tapi aku tetap percaya. Aku benci! meski aku terus mengatakan aku benci, aku tetap selalu peduli. Aku benci pada diriku sendiri. kenapa aku selalu seperti ini? Bertahan, atas nama persahabatan, yang membodohi aku sendiri.

Mungkin ini hukum karma. Karena rasanya,sangat-sangat menyakitkan.

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia