Terserah pada apapun itu..

Pada sore itu, seseorang datang mengetuk rumahku. Terdengar pelan tapi berkali-kali.
Aku tanya, "siapa?".
"Ini aku", jawab orang itu. Suaranya bergetar namun pelan. Aku buka pintu, ku lihat seorang laki-laki berwajah sayu berdiri di depanku.
"Kau?", tanyaku.
"Maafkan aku", jawabnya.
"Wajahmu. Ada apa?", tanyaku lagi.

Sejenak kau terdiam, membuatku penasaran. Apa gerangan yang ingin kau sampaikan?

Kau bilang kau akan pergi. Aku hanya keheranan.

"Kemana?", tanyaku. Kenapa kau harus mengatakannya padaku?
"Akan aku beri tahu nanti, jika aku sudah menemukannya", jawabannya semakin membuatku bingung.
"Sebenarnya ada apa?", tanya ku pelan untuk memperjelas.
"Sudah aku pikirkan berkali-kali. Mungkin saat ini belum lah pada waktu ku untuk berdiam diri. Aku ingin pergi ke tempat-tempat baru, untuk belajar, untuk menjalani hidup, untuk membesar hidupku", katamu sambil menunduk.

Aku menangkap ada sesuatu yang salah terjadi sore itu. Jawabanmu membuatku teringat akan sesuatu. Tapi aku melanjutkan diamku. Agar aku bisa mendengarkan penjelasanmu lebih lagi.

"Aku pikir, aku masih punya sedikit waktu untuk itu. Aku pikir aku akan sedikit lagi mendapatkan mimpi masa kecilku. Kau tahu itu. Jadi di sore ini, aku mendatangimu untuk menjelaskan hal ini", katamu sambil tersenyum.

Ah.. aku ingat.

"Lalu?", tanyaku untuk meyakinkan prasangka ku.

"Beri aku sedikit waktu lagi. Meski aku tak bisa menjanjikanmu kapan itu, tapi aku akan kembali. Pertama kalinya dalam hidupku, aku sangat bersemangat untuk ini. Aku ingin menempatkan diriku di jajaran gedung-gedung tinggi itu. Aku ingin meraih kesempatan ini", katamu dengan wajah binarmu.

Aku mengerutkan dahi. Kau kelihatan bahagia. Tapi aku tidak suka. Kau akan pergi saat aku mulai merasa nyaman untuk tinggal di sini. Kau menyebalkan.

"Aku pikir itu bukan ide yang bagus", jawabku pendek.

Kau mulai menangkap maksudku. Lalu kau mulai jelaskan ini dan itu. Tentang mimpi yang kau bangun entah dari mana itu. Tentang petualangan-petualangan konyol yang tak harus kau lalui sendiri itu.

"Aku tau kau tak akan setuju. Aku juga tak akan memaksamu", katamu pelan lagi.

Aku masih melipat tanganku, aku berpikir ini ide yang buruk. Kau tak harus melakukannya dengan cara ini. Kau bisa melaluinya dengan cara yang lain. Masih banyak hal yang bisa kau lakukan di sini. Kenapa harus pergi?

"Kau tahu kenapa aku pernah bilang padamu aku sudah tidak berencana untuk pergi kemana-mana lagi? Karena itu melelahkan. Aku menceritakan semua padamu karena itulah yang aku temukan. Ada harga yang harus kau bayar untuk kebanggaan-kebanggan itu. Aku tidak pernah menyesalinya, yang berarti aku tak menyesal dengan kebanggaan-kebanggaan ku. Aku rasa aku sudah cukup menemukan, dan aku putuskan untuk berhenti mencari", dengan mencoba tenang aku katakan semua padanya.

"Ya.. karena kau, aku ingin mencapainya lagi, yang lebih tinggi lagi. Aku merasa sekarang aku masih mampu. Hanya sebentar saja", katamu meyakinkanku.

Ah, jadi seperti ini rasanya?
Apapun yang keluar dari mulutmu, aku seperti sudah kebal. Kau akan keras kepala seperti biasanya. Aku tak akan pernah bisa memaksamu. Dan semua itu juga sudah menjadi hakmu. Tentang meraih semua impian mu. Dan mimpi-mimpi besar dalam hidupmu.

"Terserah katamu. Aku tak akan menunggu. Aku benci menunggu. Hal yang selalu aku benci adalah menunggu. Aku tak akan pernah menunggu!", nadaku mulai meninggi. Aku sebal.

Lalu wajahmu terdiam. Apa kau menyesal? Ah.. tapi semua terserah padamu. Ini adalah hidupmu. Aku sudah cukup jauh pergi, aku pikir aku tak berencana untuk pergi lebih jauh lagi.

"Baiklah.. aku juga tak bisa memaksamu. Saat aku selesai nanti, aku akan kembali. Dan aku akan pastikan untuk menemuimu dulu sebelum melanjutkan langkahku", katamu dengan senyum terpaksa.

"Tidak! Kau tak perlu kembali. Karena aku tak akan menunggumu. Aku tak mau menjanjikan apa pun padamu. Karena itu akan membuang waktu ku", jawabku.

Kau masih memaksakan senyummu.
"Ya.. terserah padamu. Tapi aku akan menemui mu nanti setelah aku menyelesaikan misiku. Ini keputusanku".

"Yah.. pergilah dan buang-buang waktumu. Jangan mengharapkan apa pun!", kataku sambil menutup pintu.

Ku lihat bayangannya menjauh dari balik pintu. Dia pergi tanpa ucapan sampai jumpa atau pun selamat jalan. Dia pergi dengan ucapan omong kosong.

Dari balik jendela, samar aku melihat punggungnya. Dia benar-benar pergi untuk mengejar mimpinya.

Aku hanya berpikir, apakah aku bisa untuk tidak menunggunya? Tapi aku sedikit lega karena aku tak menjanjikan apa-apa. Aku tak mengikatkan apa pun dengannya. Aku bebas dan aku merdeka. Dan semua akan aku serahkan pada waktu. Atas apa yang akan terjadi padaku.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia