Ketika kita bicara

Kau pernah bilang padaku kalau kau benci gunung. Karena ia terlihat angkuh dan terlalu besar.

Kau pernah bilang padaku kalau kau tak suka kuda hitam yang berlari kencang. Karena mereka terlalu bebas dan melelahkan.

Kau pernah bilang padaku kalau kau tak suka bunga mawar. Karena wangi yang tak seberapa tetapi durinya bisa melukai siapa saja.

Kau pernah bilang padaku kalau kau tak suka padang rumput yang terlalu luas dengan sedikit perdu. Karena kau lebih memilih kumpulan bunga di pekarangan rumahmu.

Tapi aku pernah bilang padamu kalau aku menyukai semua itu. Aku suka gunung yang menjulang tinggi, karena sebesar apapun badai tak akan mampu meruntuhkanku.

Aku suka kuda hitam yang berlari kencang. Karena selelah apapun mereka, mereka pasti bahagia pergi kemanapun mereka suka.

Aku suka bunga mawar. Karena tankainya yang berselimut duri membuat orang lain berpikir lama untuk sembarangan memetiknya dan wanginya hanya bisa dicium bila kau benar-benar mendekat padanya.

Aku suka padang rumput luas yang hijau dengan sedikit perdu. Karena aku tak butuh banyak perdu. Karena akulah sang perdu yang melindungi diriku sendiri. Karena aku akan terlihat yang paling tinggi dan kokoh dengan kayu-kayu ku.

Kau bilang kau suka laut yang luas, tapi aku bilang itu menakutkan. Kau menenggelamkan apapun yang dilemparkan padamu, dan tetap diam.

Kau bilang laut yang tenang menenangkanmu. Tak semua benda akan ditelan oleh laut. Kapal-kapal besar, ikan-ikan terbang, dan laut menghidupi trilyunan makhluk air di dalamnya.

Aku bilang aku tak bisa berenang. Aku bisa mati tenggelam.

Kau bilang menjadi laut tak akan membuatku tenggelam.

Aku bilang aku akan menjadi gunung saja. Yang menjulang paling tinggi di angkasa.

Kau bilang kau akan menjadi laut yang kedalamannya menempeli inti bumi.

Lalu apa yang akan kau lakukan dengan perbedaan-perbedaan ini?

Aku sudah mulai lelah berdebat denganmu. Kau sudah mulai lelah membela dirimu.

Lalu kau bilang grafitasi lah yang mengikat kita di dalam ekosistem bumi.
Kau bilang selama aku menempelkan kakiku di bumi ini, kita akan baik-baik saja.

Kau juga bilang, semua orang tau air laut lah yang menggerogoti batu karang. Katamu kau tak akan menyerah. Kau akan mengirim hujan ke daratan dan membawa sedikit demi sedikit tanah dan batuan dari gunung.

Aku bilang kau tak akan mampu melandaikan aku. Aku akan memuntahkan pasir dan batu lebih banyak lagi.

Kau bilang aku boleh muntahkan semauku. Kau hanya akan membawa beberapa. Kau bilang kau tak mau semuanya. Kau bilang kau ingin sebagian diriku tinggal di laut bersamamu.

Lalu aku diam.

Kau bilang lagi kalau kau hanya ingin aku merasakan dalamnya lautan. Kau bilang jika aku suka, aku boleh tinggal.

Aku bilang aku membencimu. Kau selalu bisa berpikir lebih baik dariku.

Kau hanya tersenyum.

Aku bilang aku tersadar awan dan kabut itu ternyata adalah milikmu. Mereka membuatmu bisa melihat, semuanya dari segala arah. Dan itu membuat aku benci.

Kau masih tersenyum.

Aku bilang kau selalu lebih baik dariku.

Kau mengerutkan dahimu.

Aku bilang kau selalu bisa mengendalikanku dengan caramu.

Kau diam tanpa ekspresi.

Aku bilang hanya semua perkataanmu dan engkau, yang aku bisa menerimanya.

Kau tersenyum lagi.

Aku bilang kata-katamu bagus. Aku menyukainya.

Kau menepuk bahuku dan tersenyum terus dan terus.

Aku hanya memandangimu. Kenapa kau selalu bisa membuatku seperti ini.

Aku merasa aku sedikit benci. Tapi aku bersyukur kau mengenalku dan selalu peduli padaku.

posted from Bloggeroid

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia