Lelaki Pengelana

Dia adalah sepi di tengah malam. Merasa gelap dan sendirian. Dia adalah lelaki yang kesepian. Lelaki yang bertualang ke dunia yang ia tak pernah ingin tahu sebelumnya. Bukan dia yang menginginkan perjalanannya sekarang. Ia, hanya menjalani apa yang sudah ditawarkan kepadanya. Karena sekeras apapun ia berusaha, ia tetap tak dapat mengendalikan keadaan yang mengapit di kedua sisi pundaknya. Tapi ia tak pernah mengeluh pada hidupnya. karena memang tak ada tempat baginya untuk mengeluh. Angin pun enggan membawa suaranya.

Dia adalah lelaki pengelana. menuruni bukit-bukit, mengadu kaki dengan aspal, melewati sungai-sungai, melompati batas-batas kota. Ia tetap tersenyum dan tertawa meski ia mengerang lelah. Dia adalah lelaki pengelana yang paling kesepian di dalam setiap perjalanan. Lelaki yang dikuatkan oleh alam, ditempa oleh gunung, diasah oleh debu.

Wanita itu mengenalnya. Karena mereka merasa sama dan tak beda. Dunia berjalan begitu saja mendampingi manusia. ingin atau tak ingin bergerak, dunia tetap mengacuhkan mereka.
Wanita itu mengenal Lelaki pengelana. Lelaki penuh luka yang ia buat sendiri. Lelaki pemalas yang selalu menyalahkan keadaan karena hal yang tak bisa ia tangani. Lelaki penakut yang mudah putus asa. Wanita itu hanya merasa mereka terlalu sama untuk bersama. Terlalu menakutkan bagi wanita itu untuk mengurung diri di dalam dunianya.

Suatu ketika mereka berpapasan di jalan. saling menyapa dan tersenyum. saling bercerita tentang batu, tentang pohon, tentang awan, tentang angin, tentang apapun yang pernah mereka jumpai saat perjalanan. Selalu ada pesan di balik salam keduanya. "Assalamu'alaikum.."[apa kabar? sedang apa?]. "Wa'alaikum salam" [bagaimana harimu? sudah makan?]. selalu dengan kata yang sama, tak pernah beda. dan selalu saja berakhir dengan titik.

Pada suatu pagi, Si lelaki pengelana itu menyapa, mengajak si wanita bermain untuk melepas penat di antara keduanya. Permainan yang sama seperti yang dulu[pikir wanita itu]. kau ingat? permainan melempar kaleng. Tapi wanita itu, tanpa sempat berpikir, ia mengambil keputusan. Wanita itu mendapat giliran sebagai penendang kaleng. sekali tendang, si kaleng terlempar jauh, tapi tak masuk ke sungai. gurat kecewa-tergores di sapuan wajahnya. wanita itu meminta untuk menendang sekali lagi. diam-diam, ia arahkan ke kolam. Sekali tendang, kaleng itu mengapung ditengah-tengah kolam. Sebelum sempat Lelaki pengelana itu mengalihkan pandangan dari si kaleng, Wanita itu berlari dan tidak pernah kembali.

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia