A Man Who Was Superman



Di dalam matanya, aku melihat tidak ada kebaikan yang mustahil.

Meskipun dia tak bisa membedakan kenyataan dan imajinasi, tapi dia bisa membedakan yang benar dan yang salah. Meskipun getir menjadi rasa yang dikecap orang-orang yang melihatnya, tapi yang dia lihat hanyalah kebahagian dari ketulusan yang ia berikan. Kata “gila” hanyalah serpihan perspektif dari otak manusia. 

Perbedaan ini, kita tidak bisa menyalahkan mereka, atau orang itu. Kita tidak juga punya hak untuk mengklaim kegilaan seorang manusia. Karena kita sendiri menciptakan batasan yang tak pernah bisa dilihat manusia lain. Jadi masing-masing diri kita hanya berimajinasi, dalam batas kegilaan yang dapat kita terima sendiri. 

Berhentilah berpikir mana yang mungkin dan mana yang mustahil. Mulailah berpikir mana yang benar dan mana yang salah, sebelum kita lupa untuk membedakan keduanya.

Postingan populer dari blog ini

Say it

Pengagum Rahasia