Cahaya Matahari (2)
Melepaskan, lalu pergi. Menangis, menggila, lalu pura-pura lupa. Memeluk, lalu merelakan. Si penyihir gila terdiam dalam lamunnya. Menangis dan menggila, si penyihir kehilangan akal sehatnya. Memegang erat seluruh keyakinannya. Ia ikat kuat-kuat semua impiannya. Tapi mereka tetap terbang, sebagian meledak menjadi serpihan puing, sebagian yang lain menyatu bersama air dan menguap bersama udara. Si penyihir menangis dan menggila lagi. Karena dia tak bisa marah, tak bisa membenci, tak bisa mengkhianati, tak bisa lupa, tak bisa mencinta. Dialah sang penyihir gila, yang membunuh dirinya. Menusukkan belati berkali-kali. Meskipun ia tahu ia tak akan bisa mati. Itulah kutukan bagi sang penyihir gila. Karena telah berani jatuh cinta. Karena telah menjadi tamak kepada bahagia. Dan ketika dunianya menghilang, dia kehilangan kekuatan sihirnya. Terjerembab di dalam jurang yang gelap sekali dengan banyak buaya. "Maukah kau meminjami aku gelembung udara mu? Aku harus keluar da...